Saturday, May 4, 2019

Mimpi Yang Lari


Tahun yang berat masih terus bergulir dan menerpa bagai ombak. Jika melihat ke belakang dan fakta yang ada ketika aku selalu menyusuri jalanan kota Bandung sendirian ditemani topi kesayangan, rasanya aku memang ditakdirkan jadi begini. Begitu terus.  

Ketika lelah, kadang aku mampir ke minimarket membeli minuman. Istirahat sejenak dengan duduk di teras minimarket atau trotoar jalan sambil minum dan mengelap keringat, sudah jadi konsumsi wajibku setiap hari. Bahkan seragam kerja pun sampai lusuh dan sebagian benang bordirnya banyak yang lepas. Sedikit uang tunai yang aku terima dari pelanggan sehabis bekerja, aku simpan baik-baik. Aih! Malang nian nasibku.

Di kota kembang ini banyak hal yang aku lalui. Susah senang, asam garam, dan getirnya pengalaman yang mengerikan telah menghiasi hari-hariku. Yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang ialah ketika aku berusaha menginginkan sesuatu. Sebenarnya aku cuma iseng dan ingin mengetahui bagaimana hasilnya. Ternyata tidak menghasilkan sama sekali. Bahkan sampah saja jauh lebih berharga. Baik serius ataupun iseng, hasilnya sama saja. Jadi, kadang aku berpikir ada apa dengan diriku. Aku mengejar mimpi, dia lari. Mimpi hampir aku dapatkan, dia lari juga. Aku tak mengejar mimpi apa lagi. Ada apa?

Fakta menariknya adalah, ketika aku mengenal diriku jauh lebih dalam lagi, aku semakin sadar bahwa aku tak punya apa-apa.

0 komentar:

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan sopan. Gunakan bahasa yang baik dan komentar tidak mengandung sara serta kata-kata yang kasar dan menyinggung pihak tertentu. Kritik dan saran sangat dibutuhkan. Terima kasih.